Pekanbaru (29/8/25) – Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCRPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyelenggarakan Regional Meeting wilayah Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) yang dipusatkan di Kampus Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI). Kegiatan yang dihadiri lebih dari 120 peserta dari unsur PWM, LPCRPM PWM, PDM, dan LPCRPM PDM se-Sumbagut ini resmi dibuka oleh Ketua PWM Riau, Dr. H. Hendri Sayuti, M.Ag.
Membuka kegiatan, Ketua LPCRPM PP Muhammadiyah, H.M. Jamaluddin, S.Psi., Psikolog menegaskan pentingnya cabang, ranting, dan masjid sebagai ujung tombak gerakan Muhammadiyah menjadi latar belakang kegiatan Regional Meeting ini. Ia menjelaskan rangkaian pertemuan ini dilangsungkan di berbagai daerah yang berbeda, mulai dari Jakarta (wilayah jawa bagian barat dan DKI), Lampung (Wilayah Sumatera Bagian Selatan), Kupang, Samarinda (Wilayah Kalimantan), Gorontalo (Wilayah Indonesia Timur), hingga Ponorogo (Wilayah Jawa Bagian Timur) di waktu yang berbeda.
Lebih jauh Jamaluddin menekankan bahwa tema regional meeting kali ini, “Digital Kuat, CRM Hebat,” selaras dengan salah satu dari delapan program prioritas hasil Muktamar Muhammadiyah, khususnya dalam aspek reformasi organisasi. “Muhammadiyah dalam AD/ART bukan disebut sebagai organisasi Islam, tetapi sebagai Gerakan Islam. Karena itu kita harus terus bergerak, memperbanyak cabang dan ranting unggulan, sekaligus menguatkan masjid sebagai pusat dakwah,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa UMRI sebagai tuan rumah berkomitmen mendukung penuh kegiatan LPCRPM. Rektor UMRI bahkan telah menyiapkan konsep KKN berbasis pemberdayaan cabang dan ranting, agar setiap program KKN tidak hanya bermanfaat sesaat, tetapi menghasilkan ranting baru yang berdaya.
Perhatian pada Masjid Muhammadiyah
Salah satu pesan penting dari Ketua LPCRPM PP adalah perlunya menghadirkan masjid percontohan di setiap wilayah. Ia menyebut, jika selama ini Muhammadiyah memiliki Akademi Marbot di Sragen, maka ke depan akademi serupa harus secara serius diikuti oleh daerah-daerah lain, termasuk di Sumbagut.
Dalam konteks Riau, masjid yang menjadi perhatian adalah Masjid At-Taqwa Ramayana Pekanbaru. Meski bangunan besar dan strategis di pusat pasar, jamaahnya masih minim pada waktu-waktu tertentu. “Ini tantangan bagi kita bagaimana masjid Muhammadiyah bisa kembali menjadi pusat jamaah dan pusat gerakan. Digitalisasi, inovasi, dan kolaborasi adalah kunci,” tegas Ustadz Jamaluddin.
Terkait itu, Ketua PWM Riau, Buya Dr. Hendri Sayuti, M.Ag., dalam sambutannya menyoroti fenomena upaya penghilangan nama
“Muhammadiyah” dari beberapa masjid Muhammadiyah oleh pihak tertenu. Ia menyebut ada percobaan serupa di tiga masjid di Pekanbaru, meski akhirnya satu di antaranya berhasil dikembalikan dengan nama Muhammadiyah.
“Ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk terus menjaga identitas masjid Muhammadiyah. Masjid bukan sekadar bangunan, tetapi simbol gerakan dan pusat dakwah,” ungkapnya.
PWM Riau, lanjut Hendri, berkomitmen melibatkan PDM dan PCM dalam pengembangan cabang ranting serta pembinaan masjid. “Meski ada keterbatasan dana, sejumlah pihak telah siap berkontribusi demi memperkuat gerakan hingga ke tingkat akar rumput” ujarnya sebelum meresmikan kegiatan Regional Meeting yang akan dilaksanakan hingga hari Ahad (31/8) tersebut.